Rabu, 27 April 2011 Tags: 0 komentar

Memahami budaya manusia dan perkembangannya secara motorik dan kognitif


Psikologi lintas budaya adalah studi tentang kesamaan dan perbedaan pada fungsi-fungsi psikologis individu dalam berbagai budaya dan kelompok etnokultural; hubungan antara variabel-variabel psikologis dan sosio-cultural, variabel ekokultural dan biologis dan terjadinya perubahan pada variabel-variabel tersebut (Segall dkk, 2002)
“http://www.psikologizone.com/kritik-psikologi-masihkah-relevan”

  1. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari semua manusia di muka bumi ini tidak akan pernah bisa terlepas dari yang namanya nilai-nilai, baik itu nilai social, nialai pribadi, maupun nilai budaya.
Di dalam masyarakat yang sangat beragam tentunya nilai yang di gunakanpun akan sangat beragam, karena ada pepatah “lain ladang lain pula belalang” dari pepatah ini tentunya kita sudah dapat memahami akan adanya aturan, nilai, adat yang sangat berbeda dari masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain.
Manusia dan Kebudyaan merupakan hal yang tak bisa di pisahkan atu sama lain, manusia yang merupakan makhluk sosial yang berinteraksi satu sama lain dan mengadakan suatu kebiasaan-kebiasaan dengan komunitasnya yang terus mereka kembangankan dan lestarikan secara turun temurun sehingga kebiasaan-kebiasaan itu sudah menjadi suatu warisan dari generasi sebelumnya dan akan terus berkembang selama genrasi-generasi selanjutnya tetap menjaga dan melestarikan kebudayaan.
Manusia dan Kebudayaan terjalin hubungan yang sangat erat, seperti yang diungkapkan oleh Dick Hartoko bahwa manusia menjadi manusia merupakan kebudayaan.
Setiap manusia memiliki kebudayaan yang berbeda-beda itu di sebabkan mereka memiliki komunitas tersendiri di wilayahnya sehingga apabila kita amati manusia di belahan dunia manapun memiliki kebudayaannya masing-masing tak terkecuali di indonesia yang memiliki banyak keberagaman budaya. Perbedaan kebudayaan ini sangatlah wajar karna perbedaan yang dimiliki seperti faktor Lingkungan, faktor alam, manusia itu sendiri dan berbagai faktor lainnya yang menimbulkan Keberagaman budaya tersebut.
        Pembentukan kebudayaan ini sebenarnya di sebabkan karena manusia di hadapkan pada suatu persoalan yang meminta pemecahan suatu masalah, sehingga dalam rangka usahanya itu maka manusia harus bisa memenuhi apa yang menjadi kebutuhannya sehingga manusia melakukan berbagai cara. Nah hal-hal yang dilakukan oleh manusia inilah yang menjadi kebudayaan.Kebudayaan yang digunakan manusia dalam menyelesaikan masalah-masalahnya bisa kita sebut sebagi (Way of Life), yang digunakan individu sebagai pedoman dalam bertingkah laku.
Kebudayaan juga dapat berkembang, dalam perkembangannya itu tidaklah bersifat statis(tetap) melainkan bersifat dinamis. Ini karena di sebabkan masing-masing kelompok manusia memiliki kebutuhan yang beragam sehingga manusia berinteraksi dalam suatu kelompok dengan kelompok lainnya, dari interaksi manusia itu terjadi perubahan kebudayaan. Kebudayaan juga dapat berubah jika ada pengaruh dari Kebudayaan lain yang dirasa oleh suatu kelompok lebih sesuai dan menyenangkan bagi komunitas mereka.
Banyak sekali contoh mengenai perubahan kebudayaan misalkan saja kita lihat dari Kebudayaan masyarakat indonesia yaitu perbedaan yang mencolok masyarakat indonesia pada abad-19 dengan abad ke 20 pastinya dapat kita lihat perbedan yang mencolok, kebudayaan masyarakat indonesia di rasa telah banyak mengalami perubahan akibat pengaruh dari kebudayaan barat yang kurang sesuai dengan kebudayaan kita sebagai orang timur, bahkan kebudayaan barat terlalu menyerap kebudayaan kita, perubahan ini dapat kita rasakan yakni dalam pola tingkah laku, kebiasaan, cara berpakaian, pola fikir dan cara berkomunikasi.
Lama kelamaan memang meresahkan karena kebudayaan barat semakin menyerap kebudayaan kita,tentu ini merupakan hal yang tidak baik jika nilai-nilai kebudayaan kita semakin lama semakin terkikis oleh kebudayaan barat yang cenderung ke arah arogan. Namun perubahaan kebudayaan ini masih dapat kita atasi selama kesadaran kita untuk menjaga kebudayaan kita masih ada, jangan sampai nilai-nilai kebudayaan kita terkikis oleh arogansi kebudayaan barat.
Oleh karena itu saya sebagai penulias memberikan kesimpulan dari penulisan yaitu kita harus menjaga dan melestarikan kebudayaan yang sudah di wariskan oleh generasi terdahulu dan jangan sampai nilai-nilai kebudayaan kita terserap oleh nilai-nilai kebudayaan barat yang cenderung ke arah negatif.

  1. Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian kebudayaan manusia
2.      perkembangan manusia secara motorik
3.      perkembangan manusia secara kognitif

  1. Tujuan
1.      Untuk mengetahui kebudayaan manusia
2.      Untuk mengetahui Persamaan dan perbedaan motorik
3.      Untuk mengetahui Persamaan dan perbedaan motorik











BAB II
PEMBAHASAN

  1. Kebudayaan Manusia

Dalam al-Qur’an, manusia diciptakan sebagai khalifah fil ardi dan dilengkapi Allah dengan “akal budi” dan memiliki kemampuan “cipta, karsa, dan rasa”. Dengan akal budi, manusia mampu memikirkan kosep-konsep maupun menyusun prinsip-prinsip yang diusahakan dari berbagai pengamatan dan percobaan. Dengan kemampuan cipta, karsa, dan rasa, manusia mampu menjadikan keindahan penciptaan alam semesta seluruhnya dan ciptaan kekuasaan-Nya. “Dan dialah yang telah menciptakan bagi  kamu sekalian pendengaran, penglihatan, dan hati. (Tetapi) sangat sedikit kamuu yang bersyukur”. (Q.S. al-Mu’minun, 23:78).

Allah telah mendorong manusia untuk memikirkan alam semesta, mengamati berbagai gejala alam, merenungkan berbagai ciptaan-Nya dan mengungkapkan hukum-hukum Allah di alam semesta ini. “Manusia mampu menggunakan akalnya, yaitu menyatukan spritual (tauhid) antara rasio yang memikirkan penciptaan alam dengan al-qalb yang mengingat Tuhan dalam segala tanda-tanda kekuasaan-Nya. Akal yang bekerja melalui kesatuan pikir dan zikir mampu mentransendir realitas. Aqal, tidak sepenuhnya hanya diartikan dengan rasio semata-mata, karena rasio (pikiran) dapat dikembangkan oleh kajian ilmu-ilmu, sedangkan zikir (al-qalb) dikembangkan oleh spritualisme agama. Maka, keduanya merupakan kesatuan pembentuk kebudayaan.

Manusia sebagai khalifah Allah dituntut untuk mampu menciptakan piranti kehidupannya, yaitu kebutuhan rohani (ilmu, seni, budaya, sastra), kebutuhan jasmani atau fisik (sandang, pangan, perumahan, peralatan teknologi, dan kebutuhan sosial (sarana ibadah, sarana pendidikan, sarana pembangunan, angkutan umum). Maka dengan karunia Allah, berupa akal budi,  cipta,  rasa,  dan  karsa  manusia mampu menciptakan kebudayaan. Manusia dengan akal budinya mampu mengubah nature menjadi kultur, mampu mengubah alam menjadi kebudayaan.[1] Manusia tidak  hanya semata-mata terbenam di tengah-tengah alam, justru manusia mampu mengutik-utik  alam dan mengubahnya menurut kemauannya sehingga tercipta  apa  yang dinamakan kebudayaan. Seperti dikatakan C.A. Van Peursen, “manusia berlainan dengan hewan-hewan, maka manusia tidak hidup begitu saja di tengah-tengah alam, melainkan selalu mengubah alam itu. Entah manusia menggarap ladangnya atau membuat sebuah laboratorium untuk penyelidikan ruang angkasa, entah manusia mencuci tangannya atau memikirkan suatu sistem filsafat, pokoknya hidup manusia lain dari hidup seekor hewan, ia selalu mengutik-utik lingkungan hidup alamiyahnya, dan justru itulah kita namakan kebudayaan.[2]

Dengan demikian, segala sesuatu dapat dimungkinkan untuk diciptakan oleh manusia, maka ciptaan manusia yang dinamakan kebudayaan itu mempunyai sifat, corak dan ragam yang luas dan kompleks. Ada kebudayaan yang material, yang  dapat  dilihat  dan diraba karena wujudnya kongkrit, seperti pakaian, kancing, mesin ketik, komputer dan sebagainya. Ada pula kebudayaan immaterial, yang tidak dapat dilihat dan diraba karena wujudnya abstrak, seperti ilmu pengetahuan, kesenian, dan lain sebagainya.[3] Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan yang beraneka ragam sifat, jenis dan coraknya itu, paling sedikit mempunyai tiga wujud, yaitu:
  1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma, peraturan dan sebagainya.
  2.  Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas, kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat.
  3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.[4]

Dari uraian ini, tampak jelas bahwa hubungan antara manusia dan kebudayaan, manusia sebagai penciptanya, juga manusia sebagai pemakai kebudayaan maupun sebagai pemelihara atau sebagai perusak kebudayaan.


Kebudayaan
Kata kebudayaan berasal dari kata Sangsekerta budhayah, bentuk jamak dari “buddi” yang berarti budi atau akal. Jadi, kebudayaan biasa diartikan sebagai “hal-hal yang bersangkutan dengan akal”. Ada seorang sarjana yang mengupas kata “budaya”  sebagai perkembangan kata “budidaya” yang berarti  daya dari budi (P.J. Zoetmulder, seperti dikutip Koentjaraningrat, 1982: 80). Karena itu, kata budaya dan kebudayaan dibedakan. Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa, dan rasa, sedangkan kebudayaan berarti segala hasil dari cipta, karsa, dan rasa itu (MM. Djoyodiguno, 1958:24).  Dalam  antropologi  budaya  tidak  ada perbedaan arti antara budaya dan kebudayaan. Dalam hal ini kata budaya hanya dipakai sebagai penyingkat saja.

Adapun kata culture yang artinya sama dengan kebudayaan, berasal dari  kata  Latin  colere yang berarti mengolah, mengerjakan, terutama mengolah tanah, atau bertani. Dari arti ini berkembang arti culture sebagai segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam.

Mengenai definisi kebudayaan telah banyak dikemukakan oleh para ahli ilmu sosial.   Para sarjana dan ahli antropologi yang memberikan definisi tentang kebudayaan, yaitu:
  1. E.B. Taylor (Inggris), dalam bukunya Primitive Culture, mendefinisikan  kebudayaan sebagai keseluruhan kompleks yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan yang lain, serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
  2. R. Lintonn, dalam bukunya The Cultural Background of Personality, mendefinisikan kebudayaan sebagai konfigurasi tingkah laku yang dipelajari dan hasil  tingkah  laku yang unsure-unsur pembentuknya didukung dan diteruskan oleh anggota dari masyarakat tertentu.
  3. A.L. Kroeber dan Clyde Kluckhon, kebudaayaan adalah keseluruhan hasil perbuatan manausia yang bersumber dari kemauan, pemikiran, dan perasaannya. Karena jangkauannya begitu luas, maka Ernest Cassire, membaginya ke dalam lima aspek yang meliputi: kehidupan spiritual, bahasa dan kesusasteraan, keseniaan, sejarah, dan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, studi  tentang  kebudayaan berarti studi mengenai tingkah laku manusia. Tingkah laku manusia dalam cahaya studi budaya dapat dilukiskan sebagai kerja, dan bicara. Tiga aktivitas tersebut disebut gerakan  dasar  karena sesuai dengan tiga syarat yang menguasai eksistensi manusia di dunia.
  4. S.T. Alisahbana, kebudayaan adalah menifestasi suatu bangsa.
  5. M. Hatta, kebudayaan adalah ciptaan hidup suatu bangsa.
  6. Dauson, dalam bukunya, Age of the Gods, mengartikan kebudayaan sebagai cara hidup bersama (culture is common way of life).
  7. J.P.H. Duyvendak, kebudayaan adalah kumpulan dari cetusan jiwa manusia sebagai yang beraneka ragam, dan berlaku dalam suatu masyarakat tertentu.
  8.  Koentjaraningrat, kebudayaan adalah keseluruhan manusia dari kelakuan dan hasil kelakuan yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatnya dengan belajar dan yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat.
  9.  M.M. Djojodigoeno,  dalam bukunya  Asas-asas  Sosiologi (1958), menyatakan bahwa kebudayaan atau budaya adalah dari budi, yang berupa cipta, karsa, dan rasa. Cipta, adalah kerinduan manausia untuk mengetahui rahasia segala hal yang ada dalam pengalamannya, yang meliputi pengalaman lahir dan batin. Hasil cipta berupa berbagai ilmu pengetahuan. Karsa, adalah kerinduan manusia untuk menginsafi tentang hal sangka paran. Dari mana maanusia sebelum lahir (sangkan) dan kemana manusia mati (paran). Hasilnya berupa norma-norma keagamaan, kepercayaan.  Timbulah bermacam-macam agama karena kesimpulan manusia juga bermacam-macam pula. Rasa, adalah kerinduan manusiaa akan keindahan sehingga menimbulkan dorongan untuk menikmati keindahan. Manusia merindukan keindahan dan menolak keburukan atau kejelekan. Buah perkembangan rasa ini terjelma dalam bentuk berbagai norma keindahan yang kemudian menghasilkan berbagai macam kesenian.

Dari berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil cipta, rasa, karsa dan rasa manusia untuk memenuhi kebutuhan kehidupannya dengan cara belajar, yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat.

a.  Hasil-hasil budaya manusia itu dapat dibagi menjadi dua macam:
  1. Kebudayaan jasmaniah (kebudayaan fisik) yang meliputi benda-benda ciptaan maanusia, missal alat-alat perlengkapan hidup.
  2. Kebudayaan  rohaniah (nonmaterial) yaitu semua hasil ciptaan manusia yang tidak dapat dilihat dan diraba seperti: agama, ilmu pengetahuan, bahasa, dan seni.
  • Kebudayaan itu tidak diwariskan secara generatif (biologis) melainkan hanya mungkin diperoleh dengan cara belajar.
  • Bahwa kebudayaan itu diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Tanpa masyarakat, akan sukarlah bagi manusia untuk membentuk kebudayaan. Sebaliknya tanpa kebudayaan manusia tidak dapat mempertahankan kehidupannya.
  • Jadi, kebudayaan itu adalah kebudayaan manusia. Hampir semua tindakan manusia adalah kebudayaan. Ada kebudayaan yang dapat digunakan untuk membedakan maanusia dari hewan.

Uraian diatas dimaksudkan untuk menekankan suatu kesimpulan bahwa:
  1. kebudayaan adalah manifestasi dan perwujudan segala kegiatan dan aktifitas manusia dalam menjawab tantangan eksistensi hidupnya.
  2. kebudayaan adalah karya dan kreasi insani, ciptaan manusia atau manmade.
  3. kebudayaan adalah khas manusia, dan
  4. kebudayaan adalah merupakan ciri yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. [5]
Dalam percakapan atau  tulisan-tulisan, istilah kebudayaan sering dikaitkan dengan istilah peradaban (berasal dari kata Arab: Adab yang berarti “kesopanan, kehalusan  dan kebaikan budipekerti”). Istilah kebudayaan sering disejajarkan dengan istilah  asing kultur dan istilah peradaban biasanya disejajarkan dengan istilah asing civilization (civilisasi).


  1. perkembangan manusia secara motorik
Perkembangan Motorik
            Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan perkembangan motorik anak. Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord. Perkembangan motorik  meliputi dua tahapan yaitu motorik kasar dan motorik halus.

• Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik-turun tangga dan sebagainya.
• Sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya. Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak bisa berkembang dengan optimal.
Perkembangan motorik beriringan dengan proses pertumbuhan secara genetis atau kematangan fisik anak, Teori yang menjelaskan secara detail tentang sistematika motorik anak adalah Dynamic System Theory yang dikembangkan Thelen & whiteneyerr. Teori tersebut mengungkapkan bahwa untuk membangun kemampuan motorik anak harus mempersepsikan sesuatu di lingkungannya yang memotivasi mereka untuk melakukan sesuatu dan menggunakan persepsi mereka tersebut untuk bergerak. Kemampuan motorik merepresentasikan keinginan anak. Misalnnya ketika anak melihat mainan dengan beraneka ragam, anak mempersepsikan dalam otaknnya bahwa dia ingin memainkannya. Persepsi tersebut memotivasi anak untuk melakukan sesuatu, yaitu bergerak untuk mengambilnya. Akibat gerakan tersebut, anak berhasil mendapatkan apa yang di tujunya yaitu mengambil mainan yang menarik baginya.
Teori tersebut pun menjelaskan bahwa ketika bayi di motivasi untuk melakukan sesuatu, mereka dapat menciptakan kemampuan motorik yang baru, kemampuan baru tersebut merupakan hasil dari banyak factor, yaitu perkembangan system syaraf, kemampuan fisik yang memungkinkannya untuk bergerak, keinginan anak yang memotivasinya untuk bergerak, dan lingkungan yang mendukung pemerolehan kemampuan motorik. Misalnya, anak akan mulai berjalan jika system syarafnya sudah matang, proposi kaki cukup kuat menopang tubuhnya dan anak sendiri ingin berjalan untuk mengambil mainannya.


Perkembangan Motorik Kasar dan Motorik Halus
1.      Perkembangan Motorik Kasar
Tugas perkembangan jasmani berupa koordinasi gerakan tubuh, seperti berlari, berjinjit, melompat, bergantung, melempar dan menangkap,serta menjaga keseimbangan. Kegiatan ini diperlukan dalam meningkatkan keterampilan koordinasi gerakan motorik kasar. Pada anak usia 4 tahun, anak sangat menyenangi kegiatan fisik yang menantang baginya, seperti melompat dari tempat tinggi atau bergantung dengan kepala menggelantung ke bawah. Pada usia 5 atau 6 tahun keinginan untuk melakukan kegiatan tersebut bertambah. Anak pada masa ini menyenangi kegiatan lomba, seperti balapan sepeda, balapan lari atau kegiatan lainnya yang mengandung bahaya.
2.      Perkembangan Motorik Halus
Perkembangan motorik halus anak taman kanak-kanak ditekankan pada koordinasi gerakan motorik halus dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan meletakkan atau memegang suatu objek dengan menggunakan jari tangan. Pada usia 4 tahun koordinasi gerakan motorik halus anak sangat berkembang, bahkan hampir sempurna. Walaupun demikian anak usia ini masih mengalami kesulitan dalam menyusun balok-balok menjadi suatu bangunan. Hal ini disebabkan oleh keinginan anak untuk meletakkan balok secara sempurna sehingga kadang-kadang meruntuhkan bangunan itu sendiri. Pada usia 5 atau 6 tahun koordinasi gerakan motorik halus berkembang pesat. Pada masa ini anak telah mampu mengkoordinasikan gerakan visual motorik, seperti mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan, lengan, dan tubuh secara bersamaan,antara lain dapat dilihat pada waktu anak menulis atau menggambar.
Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan perkembangan motorik anak. Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord..

• Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik-turun tangga dan sebagainya.
• Sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya. Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak bisa berkembang dengan optimal.
Berikut tahapan-tahapan perkembangannya:
Usia 1-2 tahun
Motorik Kasar
Motorik Halus
•merangkak
• berdiri dan berjalan beberapa langkah
•berjalan cepat
• cepat-cepat duduk agar tidak jatuh
• merangkak di tangga
• berdiri di kursi tanpa pegangan
• menarik dan mendorong benda-benda berat
• melempar bola
• mengambil benda kecil dengan ibu jari atau telunjuk
• membuka 2-3 halaman buku secara bersamaan
• menyusun menara dari balok
• memindahkan air dari gelas ke gelas lain
• belajar memakai kaus kaki sendiri
• menyalakan TV dan bermain remote
• belajar mengupas pisang
Usia 2-3 tahun
Motorik Kasar
Motorik Halus
• melompat-lompat
• berjalan mundur dan jinjit
• menendang bola
• memanjat meja atau tempat tidur
• naik tangga dan lompat di anak tangga terakhir
• berdiri dengan 1 kaki
• mencoret-coret dengan 1 tangan
• menggambar garis tak beraturan
• memegang pensil
• belajar menggunting
• mengancingkan baju
• memakai baju sendiri
Usia 3-4 tahun
Motorik Kasar
Motorik Halus
• melompat dengan 1 kaki
• berjalan menyusuri papan
• menangkap bola besar
• mengendarai sepeda
• berdiri dengan 1 kaki
• menggambar manusia
• mencuci tangan sendiri
• membentuk benda dari plastisin
• membuat garis lurus dan lingkaran cukup rapi
Usia 4-5 tahun
Motorik Kasar
Motorik Halus
• menuruni tangga dengan cepat
• seimbang saat berjalan mundur
• melompati rintangan
• melempar dan menangkap bola
• melambungkan bola
• menggunting dengan cukup baik
• melipat amplop
• membawa gelas tanpa menumpahkan isinya
• memasikkan benang ke lubang be

Perkembangan motorik pada usia ini menjadi lebih halus dan lebih terkoordinasi dibandingkan dengan masa bayi. Anak – anak terlihat lebih cepat dalam berlari dan pandai meloncat serta mampu menjaga keseimbangan badannya. Untuk memperhalus ketrampilan – ketrampilan motorik, anak – anak terus melakukan berbagai aktivitas fisik yang terkadang bersifat informal dalam bentuk permainan. Disamping itu, anak – anak juga melibatkan diri dalam aktivitas permainan olahraga yang bersifat formal, seperti senam, berenang, dll.
Beberapa perkembangan motorik (kasar  maupun halus) selama periode ini, antara lain :
a). Anak Usia 5 Tahun
-        Mampu melompat dan menari
-        Menggambarkan orang yang terdiri dari kepala, lengan dan badan
-        Dapat menghitung jari – jarinya
-        Mendengar dan mengulang hal – hal penting dan mampu bercerita
-        Mempunyai minat terhadap kata-kata baru beserta artinya
-        Memprotes bila dilarang apa yang menjadi keinginannya
-        Mampu membedakan besar dan kecil
b). Anak Usia 6 Tahun
-        Ketangkasan meningkat
-        Melompat tali
-        Bermain sepeda
-        Mengetahui kanan dan kiri
-        Mungkin bertindak menentang dan tidak sopan
-        Mampu menguraikan objek-objek dengan gambar
c). Anak Usia 7 Tahun
-        Mulai membaca dengan lancar
-        Cemas terhadap kegagalan
-        Peningkatan minat pada bidang spiritual
-        Kadang Malu atau sedih
d). Anak Usia 8 – 9 Tahun
-        Kecepatan dan kehalusan aktivitas motorik meningkat
-        Mampu menggunakan peralatan rumah tangga
-        Ketrampilan lebih individual
-        Ingin terlibat dalam sesuatu
-        Menyukai kelompok dan mode
-        Mencari teman secara aktif.
e). Anak Usia 10 – 12 Tahun
-        Perubahan sifat berkaitan dengan berubahnya postur tubuh  yang berhubungan dengan pubertas mulai tampak
-        Mampu melakukan aktivitas rumah tangga, seperti mencuci, menjemur pakaian sendiri , dll.
-        Adanya keinginan anak unuk menyenangkan dan membantu orang lain
-        Mulai tertarik dengan lawan jenis.
  1. perkembangan manusia secara kognitif
Perkembangan Kognitif
Dalam keadaan normal, pada periode ini pikiran anak berkembang secara berangsur – angsur. Jika pada periode sebelumnya, daya pikir anak masih bersifat imajinatif dan egosentris, maka pada periode ini daya pikir anak sudah berkembang ke arah yang lebih konkrit, rasional dan objektif. Daya ingatnya menjadi sangat kuat, sehingga anak benar-benar berada pada stadium belajar.
Menurut teori Piaget, pemikiran anak – anak  usia sekolah dasar disebut pemikiran Operasional Konkrit (Concret Operational Thought), artinya aktivitas mental yang difokuskan pada objek – objek  peristiwa nyata atau konkrit. Dalam upaya memahami alam sekitarnya, mereka tidak lagi terlalu mengandalkan informasi yang bersumber dari pancaindera, karena ia mulai mempunyai kemampuan untuk membedakan apa yang tampak oleh mata dengan kenyataan sesungguhnya. Dalam masa ini, anak telah mengembangkan 3 macam proses yang disebut dengan operasi – operasi, yaitu :
a). Negasi (Negation), yaitu pada masa konkrit operasional, anak memahami hubungan –          hubungan antara benda atau keadaan yag satu dengan benda atau keadaan yang lain.
b). Hubungan Timbal Balik (Resiprok), yaitu anak telah mengetahui hubungan sebab-akibat       dalam suatu keadaan.
c). Identitas, yaitu anak sudah mampu mengenal satu persatu deretan benda-benda yang ada.
Operasi yang terjadi dalam diri anak memungkinkan pula untuk mengetahui suatu perbuatan tanpa melihat bahwa perbuatan tersebut ditunjukkan. Jadi, pada tahap ini anak telah memiliki struktur kognitif yang memungkinkanya dapat berfikir untuk melakukan suatu tindakan, tanpa ia sendiri bertindak secara nyata.
a. Perkembangan Memori
Selama periode ini, memori jangka pendek anak telah berkembang dengan baik. Akan tetapi, memori jangka panjang tidak terjadi banyak peningkatan dengan disertai adanya keterbatasan – keterbatasan. Untuk mengurangi keterbatasan tersebut, anak berusaha menggunakan strategi memori (memory strategy), yaitu merupakan perilaku disengaja yang digunakan untuk meningkatkan memori. Matlin (1994) menyebutkan 4 macam strategi memori yang penting, yaitu :
  1. Rehearsal (Pengulangan) : Suatu strategi meningkatkan memori dengan cara mengulang berkali-kali informasi yang telah disampaikan.
  2. Organization (Organisasi) : Pengelompokan dan pengkategorian sesuatu yang digunakan untuk meningkatkan memori. Seperti, anak SD sering mengingat nama-nama teman sekelasnya menurut susunan dimana mereka duduk dalam satu kelas.
  3. Imagery (Perbandingan) : Membandingkan sesuatu dengan tipe dari karakteristik pembayangan dari seseorang.
  4. Retrieval (Pemunculan Kembali) : Proses mengeluarkan atau mengangkat informasi dari tempat penyimpanan. Ketika suatu isyarat yang mungkin dapat membantu memunculkan kembali sebuah memori, mereka akan menggunakannya secara spontan.
Selain strategi-strategi memori diatas, terdapat hal lain yang mempengaruhi memori anak, seperti tingkat usia, sifat anak (termasuk sikap, kesehatan dan motivasi), serta pengetahuan yang diperoleh anak sebelumnya.
b. Perkembangan Pemikiran Kritis
Perkembangan Pemikiran Kritis yaitu pemahaman atau refleksi terhadap permasalahan secara mendalam, mempertahankan pikiran agar tetap terbuka, tidak mempercayai begitu saja informasi-informasi yang datang dari berbagai sumber serta mampu befikir secara reflektif dan evaluatif.
c. Perkembangan Kreativitas
Dalam tahap ini, anak-anak mempunyai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Perkembangan ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan, terutama lingkungan sekolah.
d. Perkembangan Bahasa
Selama masa anak-anak awal, perkembangan bahasa terus berlanjut. Perbendaharaan kosa kata dan cara menggunakan kalimat bertambah kompleks. Perkembangan ini terlihat dalam cara berfikir tentang kata-kata, struktur kalimat dan secara bertahap anak akan mulai menggunakan kalimat yang lebih singkat dan padat, serta dapat menerapkan berbagai aturan tata bahasa secara tepat.












BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahaan diatas dapat disimpulkan :
1.      Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri.
2.      Motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih.
B. Saran
            Ada beberapa saran yang perlu disampaikan dalam makalah ini. Antara lain :
1.      Ketika anak masih bayi harus dilatih melakukan gerakan, karena dengan gerakan tersebut bayi dapat memuncilkan imajinasi atau telah mengalami pengembangan motoriknya.











DAFTAR PUSTAKA

Dr. Sugiyanto, dkk. Perkembangan dan Belajar Motorik. Departemen pendidikan dan kebudayaan direktorat jenderal pendidikan dasar dan menengah.
Dr, Prof. Gunarm D, Singgih. Dasar dan Teori Perkembangan Anak: PT BPK Gunung Mulia.
Brennan, James F. 2006. Sejarah dan Sistem Psikologi. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada


[1] Faisal Ismail, 1996, Paradigma Kebudayaan Islam, Studi Kritis dan Refleksi Historis, Tiara Ilahi Press, Yogyakarta, hlm.25.

[2] Faisal Ismail, 1996, Paradigma Kebudayaan Islam, Studi Kritis dan Refleksi Historis, Tiara Ilahi Press, Yogyakarta, hlm.26.

[3] Ibid. hlm.26.
[4] Koentjaraningrat, 1964, Kebudayaan, Mentalitet dan Pembangunan, Gramedia, Jakarta, hlm. 15
[5] Faisal Ismail, 1996. hal, 27.

No Response to "Memahami budaya manusia dan perkembangannya secara motorik dan kognitif"

Posting Komentar