Musnad ilaih dengan isim mausul dimaksudkan untuk:
Artinya: "Adapun keadaan musnad ilaih dengan isim mausul, ialah untuk:
- menganggap hebat/dahsyat akan sesuatu perkara;
- mengkonkritkan akan tujuan;
- menganggap jijik dengan menyebut musnad ilaih;
- memperlihatkan kesalahan mukhathab;
- mengisyaratkan pembentukan musnad/khabar;
- menghadapkan jiwa pendengar agar sungguh-sungguh;
- memberi tahu bahwa pendengar belum mengetahui selain silah mausulnya".
- Untuk tafkhim (menganggap hebat), seperti:
Artinya: "Telah menenggelamkan kepada kafir-kafir itu, kejadian yang dahsyat yang menenggelamkan mereka dari laut gelombang besar".
Kalau dikatakan: gelombang besar, kedengarannya tidak sehebat kata-kata tersebut. - Untuk taqrir (mengkonkritkan), seperti:
Artinya: "Dan telah menggoda kepada Nabi Yusuf, yaitu wanita (Zulaikha) yang mana Yusuf berada di rumahnya untuk menundukkan diri Yusuf (kepadanya)".
Dengan kata-kata tersebut, lebih menunjukkan kebersihan/kekuatan mental Nabi Yusuf dari godaan wanita di waktu beliau berada di rumahnya dan lebih positif dari kata-kata: Isteri pembesar atau Zulaikha telah menggoda Yusuf. - Untuk hujnah (menganggap jijik), seperti:
= Telah datang orang yang telah menemuimu kemarin. Dengan maksud orang tersebut adalah jahat atau hina. - Untuk tauhim (menunjukkan kesalahan), seperti:
Artinya: "Sesungguhnya mahluk-mahluk yang kamu sekalian sembah selain Allah, tidak mempunyai rejeki untuk kamu sekalian".
Atau kata sya'ir:
Artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang kamu anggap saudaramu, merasa sembuh dendam hatinya kalau kamu sekalian celaka". - Untuk iima-un (berisyarat untuk membentuk musnad), seperti:
Artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang sombong enggan beribadah kepada-Ku, mereka akan masuk neraka Jahanam serta hina dina".
Maksudnya: kesombongan mereka itu memasukkan kedalam neraka.
Atau untuk mengagungkan musnad, seperti:
Artinya: "Sesungguhnya Dzat yang mengangkat langit telah mendirikan rumah bagi kita yang tiang-tiangnya lebih baik dan lebih tinggi". Menunjukkan kebesaran dan keindahan rumah itu.
Atau untuk mengagungkan orang lain, seperti:
Artinya: "Orang yang menyetujuimu berhak mendapat kehormatan".
Kata-kata itu menunjukkan keagungan mukhathab dan yang menyetujuinya.
Atau menunjukkan kehinaan orang lain, seperti:
Artinya: "Orang yang menyalahimu berhak mendapat kehinaan". - Untuk taujihus-sami' (menghadapkan jiwa pendengar), seperti:
Artinya: "Adapun yang menggoncangkan daratan itu, ialah kejadian hidup baru bagi seluruh jiwa pada hari kiamat". - Untuk faqdzi-ilmin (memberi tahu bahwa pendengar belum tahu), seperti:
Artinya: "Orang yang memberi makanan kepada kita kemarin, telah datang hari ini pada kita+".
Atau si mutakallim yang belum tahu, seperti:
Artinya: "Adapun mahluk-mahluk yang berada di sekeliling kita yang terdiri dari jin, saya belum mengetahui mereka". Atau mutakallim dan mukhathab pun belum mengetahuinya, ganti saja kalimat dengan .
No Response to "Musnad Ilaih dengan Isim maushul"
Posting Komentar