

Fi'il itu ada tiga macam, yaitu fi'il madhi, fi'il mudhari' dan fi'il amar, contoh:

Fi'il Madhi

Lafazh yang menunjukkan kejadian (perbuatan) yang telah berlalu dan selesai. Alamatnya ialah, sering dimasuki ta tanits yang di-sukun-kan.
Contohnya seperti:

Fi'il Mudhari'

Lafazh yang menunjukkan kejadian (perbuatan) yang sedang berlangsung dan yang akan datang. Alamatnya ialah, sering dimasiki sin, saufa, lam dan lan.
Contoh










Fi'il Amar

Lafazh yang menunjukkan kejadian (perbuatan) pada masa yang akan datang. Alamatnya ialah, sering diberi ya muan nats mukhathabah dan menunjukkan makna thalab (tuntutan), seperti:




Kata nazhim:

Menurut mereka (ahli Nahwu) fi'il mempunyai tiga fungsi yaitu: fi'il madhi, fi'il amar dan fi'il mudhari'.


Fi'il madhi selamanya di-fathah-kan huruf akhirnya.
Contoh:





Perlu diketahui, bahwa yang dimaksud dengan di-fathah-kan huruf akhirnya, ialah fathah secara lafazh seperti contoh tadi, dan fathah secara perkiraan, seperti:






Kata nazhim:

Fi'il madhi itu selalu di-fathah-kan huruf akhirnya jika terlepas dari dhamir mutaharrik yang di-rafa'-kan.


Fi'il amar selamanya di-jazm-kan (huruf akhirnya).
Contoh:




Perlu diketahui, bahwa fi'il amar selamanya harus di-jazm-kan huruf akhirnya bilamana fi'il madhi-nya yang ber-mabni shahih akhirnya, seperti:








Kalau fi'il amar itu harus disertai dengan dhamir tatsniyah, seperti:



Kata nazhim:

Fi'il amar di-mabni-kan atas sukun atau membuang huruf 'illat atau nun.


Fi'il mudhari' yaitu, fi'il yang diawali dengan salah satu huruf zaidah yang empat yang terhimpun dalam lafazh

Maksudnya: Fi'il mudhari' itu harus selalu di-rafa'-kan huruf akhirnya dan huruf awalnya harus memakai salah satu dari huruf zaidah yang empat, yaitu hamzah, nun, ya, dan ta, seperti lafazh:




Kiaskanlah arti fi'il-fi'il mudhari' lainnya. Kecuali kalau dimasuki amil yang me-nashab-kan, maka harus di-nashab-kan, seperti:


Perlu diketahui, bahwa fi'il mudhari' itu ada yang di-rafa'-kannya secara lafazh seperti contoh tadi, dan ada pula yang secara perkiraan, seperti:

Kalau fi'il mudhari' yang mu'tal akhir itu seperti:



Kata nazhim:

Para ahli nahwu mengawali fi'il mudhari' dengan salah satu dari huruf zaidah yang empat yaitu, hamzah dan nun, demikian pula ya dan ta yang terhimpun pada lafazh


Fi'il mudhari' yang terbebas dari amil yang me-nashab-kan dan yang men-jazm-kan selamanya harus rafa'.


Amil yang me-nashab-kan itu ada sepuluh, yaitu:






Maksudnya: Amil yang me-nashab-kan fi'il mudhari' itu ada sepuluh macam dan terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
Bagian pertama: yang me-nashab-kan secara langsung (dengan zatnya sendiri) yaitu:
contoh:
= bacaanmu mengagumkan aku.
contoh:
= orang malas tidak akan bahagia.
contoh:
= kalau begitu aku akan menghormatimu.(Sebagai jawaban dari orang yang mengatakan:
= besok aku akan berkunjung padamu).
contoh:
= aku datang padamu agar engkau mengajariku.

, contoh:
, asalnya:
, yaitu lam yang berada pada kalimat yang di-nafi-kan, contoh:
= Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka. (al-Anfal: 33) Asalnya:
, dengan arti
, seperti dalam contoh:
= carilah ilmu sampai maut menjemputmu, atau dengan arti Iam ta'lil, seperti dalam contoh:
= carilah ilmu, karena Allah akan memberi pahala kepadamu.
- Menjawab dengan fa, seperti dalam contoh:
= menghadaplah, maka aku akan berbuat baik padamu.
- Menjawab dengan wawu ma'iyyah, seperti dalam contoh:
= menghadaplah, kusertakan kebaikan untukmu.
dengan makna
, seperti dalam contoh:
= niscaya aku akan menghinakanmu, kecuali kamu melakukan pekerjaan yang sudah menjadi kebiasaanmu. Atau
dengan makna
, seperti dalam contoh:
= aku benar-benar akan menuntut ilmu sampai aku menguasai ilmu-ilmu agama.

Nashab-kanlah (fi'il mudhari') dengan (memakai salah satu huruf diantara) sepuluh, yaitu an, lan, kay; demikian pula idzan bila digunakan pada permulaan jawab, lam kay, dan lam juhud, begitu juga hattâ, au, wawu, dan fa dalam menjawab, mereka (ahli Nahwu) telah berpendapat demikian.

Huruf fa itu sebagai jawaban sesudah nafyi atau thalab (yakni, amar atau nahi) seperti dalam contoh:



Amil yang men-jazm-kan ada delapan belas, yaitu: lam, lammâ, alam, alammâ, lam amar, lam du'a, lâ nahi dan lâ du'a, in, mâ, man, mahmâ, idzmâ, ayyun, matâ, ayyâna, aina, annâ, haitsumâ, kaifamâ, dan idzan khusus dalam syair.
Maksudnya: Amil-amil yang men-jazm-kan itu ada delapan belas macam dan terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
Bagian pertama: Yang men-jazm-kan kepada satu fi'il mudhari' saja, yaitu:
1. Lam nafi, seperti:
2. Lammâ dengan arti lam, seperti:= Zaid tidak menolong;
= Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Allah. (al-Ikhlash: 4)
3. Alam, yaitu lam yang memakai hamzah istifham, seperti:= seorang pun belum ada yang memasuki rumah ini.
4. Alammâ, memakai hamzah istifham, seperti:= apakah belum ada seorang pun yang mengetahui?;
= bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu. (an-Nasr: 1)
5. a. Lam amar, seperti:= apakah aku tak berbuat baik untukmu;
= apakah aku tidak mengetahui ke adaanmu.
(5.b. Lam du'a, seperti:= hendaklah Zaid menolong Amr;
(= hendaklah yang hadir menyampaikan kepada yang ghaib. (Hadits)
6. Lam nahi, seperti:= semoga Rabb kami memberikan (sesuatu) kepada kita.
Bagian kedua: Yaitu yang men-jazm-kan dua fi'il mudhari' yang pertama fi'il syarat dan yang kedua fi'il jawab syarat, sebagai berikut:= janganlah kamu berbuat dosa.
1. In huruf syarat, seperti:
2. Mâ isim syarat, seperti:= apabila Zaid berdiri, niscaya Amr pun berdiri.
pertama fi'il syarat,
kedua jawabannya, sebab berdirinya 'Amr itu dengan syarat Zaid berdiri.
3. Man isim syarat, seperti:= apa saja yang engkau lakukan, tentu aku pun melakukan.
4. Mahmâ isim syarat, seperti:= siapa saja yang engkau tolong,tentu aku pun menolongnya besertamu.
5. Idzmâ huruf syarat, seperti:= setiap engkau melakukan, tentu aku pun melakukan.
6. Ayyun isim syarat, seperti:= apabila Zaid berdiri, niscaya Amr pun akan berdiri.
7. Matâ isim isyarat, dengan makna ayyun seperti:= siapa saja yang engkau kenal, tentu aku pun mengenalnya.
8. Ayyânâ isim syarat, seperti:= kapan saja engkau makan, maka aku pun makan.
9. Aina isim syarat, seperti:= mana saja yang engkau tolong, tentu aku pun menolongnya.
10. Annâ isim syarat, seperti:= di mana saja engkau turun, tentu aku pun turun.
Huruf mâ-nya adalah mâ zaidah atau tambahan.
11. Haitsumâ isim syarat, seperti:= setiap engkau menuntut ilmu, tentu engkau beruntung.
12. Kaifamâ isim syarat, seperti:= andaikata engkau taat kepada Allah, maka engkau diberi pahala.
13. Idzan khusus dalam syair, seperti:= bagaimana saja caranya engkau duduk, tentu aku pun duduk.
Kata nazhim:= bila kesusahan menimpamu, maka kamu harus menahan (dengan sabar).

Fi'il mudhari di-jazm-kan dengan lam dan lammâ terkadang wajib, juga lâ dan lam yang kedua-duanya menunjukkan thalab (tuntutan).

Demikian pula in, mâ, man, idzmâ, ayyun, matâ, ayyâna, aina, mahmâ.

Juga haitsumâ, kaifamâ dan annâ, seperti


Jazm-kan dengan in (syarthiyyah) dan mâ yang kadang-kadang kedua-duanya mutlak diiringi dua fi'il, baik secara lafazh ataupun secara mahall.

No Response to "Fi' il - Fi' il"
Posting Komentar