Selasa, 03 Mei 2011 Tags: 0 komentar

Fi' il - Fi' il


 


Fi'il itu ada tiga macam, yaitu fi'il madhi, fi'il mudhari' dan fi'il amar, contoh:


Fi'il Madhi 


Lafazh yang menunjukkan kejadian (perbuatan) yang telah berlalu dan selesai. Alamatnya ialah, sering dimasuki ta tanits yang di-sukun-kan. 

Contohnya seperti:

Fi'il Mudhari'

Lafazh yang menunjukkan kejadian (perbuatan) yang sedang berlangsung dan yang akan datang. Alamatnya ialah, sering dimasiki sin, saufa, lam dan lan.
Contoh menjadi ; atau menjadi ; atau menjadi ; menjadi ; menjadi dan sebagainya.
Fi'il Amar

Lafazh yang menunjukkan kejadian (perbuatan) pada masa yang akan datang. Alamatnya ialah, sering diberi ya muan nats mukhathabah dan menunjukkan makna thalab (tuntutan), seperti: menjadi: ; menjadi: dan sebagainya.
Kata nazhim:

Menurut mereka (ahli Nahwu) fi'il mempunyai tiga fungsi yaitu: fi'il madhi, fi'il amar dan fi'il mudhari'.
Tanda fi'il madhi

Fi'il madhi selamanya di-fathah-kan huruf akhirnya.
Contoh: ; ; ; ;
Perlu diketahui, bahwa yang dimaksud dengan di-fathah-kan huruf akhirnya, ialah fathah secara lafazh seperti contoh tadi, dan fathah secara perkiraan, seperti: ; ; ; fathah huruf akhirnya itu harus diperkirakan pula bilamana fi'il madhi-nya bertemu dengan dhamir marfu' (dhamir yang di-rafa'-kan) karena menjadi fa'il-nya, seperti: ; ; .
Kata nazhim:

Fi'il madhi itu selalu di-fathah-kan huruf akhirnya jika terlepas dari dhamir mutaharrik yang di-rafa'-kan.
Tanda fi'il amar

Fi'il amar selamanya di-jazm-kan (huruf akhirnya).
Contoh: , , , dan sebagainya.
Perlu diketahui, bahwa fi'il amar selamanya harus di-jazm-kan huruf akhirnya bilamana fi'il madhi-nya yang ber-mabni shahih akhirnya, seperti: tetapi bila fi'il madhi-nya terdiri dari fi'il yang ber-mabni mu'tal akhir seperti: maka fi'il amar-nya harus dibuang huruf 'illat-nya, yaitu menjadi menjadi menjadi ; menjadi dan sebagainya.
Kalau fi'il amar itu harus disertai dengan dhamir tatsniyah, seperti: atau dhamir Jamak. Seperti: atau dhamir muannatsah mukhathabah, seperti maka tanda jazm-nya dengan membuang (menghilangkan) huruf nun.
Kata nazhim:

Fi'il amar di-mabni-kan atas sukun atau membuang huruf 'illat atau nun.
Tanda fi'il mudhari'

Fi'il mudhari' yaitu, fi'il yang diawali dengan salah satu huruf zaidah yang empat yang terhimpun dalam lafazh (hamzah, nun, ya, ta) dan selamanya di-rafa'-kan, kecuali dimasuki amil yang me-nashab-kan atau yang men-jazm-kan (maka harus disesuaikan dengan amil-nya).
Maksudnya: Fi'il mudhari' itu harus selalu di-rafa'-kan huruf akhirnya dan huruf awalnya harus memakai salah satu dari huruf zaidah yang empat, yaitu hamzah, nun, ya, dan ta, seperti lafazh:
= dia sedang melakukan (sesuatu);
= kamu sedang melakukan (sesuatu);
= aku sedang melakukan (sesuatu);
= kami (kita) sedang melakukan (sesuatu).
Kiaskanlah arti fi'il-fi'il mudhari' lainnya. Kecuali kalau dimasuki amil yang me-nashab-kan, maka harus di-nashab-kan, seperti: atau dimasuki amil yang men-jazm-kan, maka harus di-jazm-kan, seperti:
Perlu diketahui, bahwa fi'il mudhari' itu ada yang di-rafa'-kannya secara lafazh seperti contoh tadi, dan ada pula yang secara perkiraan, seperti: dan sebagainya.
Kalau fi'il mudhari' yang mu'tal akhir itu seperti: , di-nashab-kan maka menjadi: tetapi kalau di-jazm-kan, maka harus dibuang huruf 'illat-nya, sepertl: sebagaimana yang akan diterangkan.
Kata nazhim:

Para ahli nahwu mengawali fi'il mudhari' dengan salah satu dari huruf zaidah yang empat yaitu, hamzah dan nun, demikian pula ya dan ta yang terhimpun pada lafazh (wahai pemuda! Engkau telah mendekatkan diri).

Fi'il mudhari' yang terbebas dari amil yang me-nashab-kan dan yang men-jazm-kan selamanya harus rafa'.
Amil-amil yang me-nashab-kan fi'il mudhari

Amil yang me-nashab-kan itu ada sepuluh, yaitu: (bahwa): (tidak akan); (kalau begitu); (agar); (supaya); lam juhud sesudah nafi; (sehingga); jawab dengan fa; jawab dengan wawu, dan au (kecuali).
Maksudnya: Amil yang me-nashab-kan fi'il mudhari' itu ada sepuluh macam dan terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
Bagian pertama: yang me-nashab-kan secara langsung (dengan zatnya sendiri) yaitu:
  1. contoh: = bacaanmu mengagumkan aku.
  2. contoh: = orang malas tidak akan bahagia.
  3. contoh: = kalau begitu aku akan menghormatimu.(Sebagai jawaban dari orang yang mengatakan: = besok aku akan berkunjung padamu).
  4. contoh: = aku datang padamu agar engkau mengajariku.
Bagian kedua: yang me-nashab-kan secara tidak langsung, yaitu oleh lafazh yang tersembunyi, bahkan ada yang harus disembunyikan, yaitu ada enam macam:
  1. , contoh: , asalnya:
  2. , yaitu lam yang berada pada kalimat yang di-nafi-kan, contoh: = Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka. (al-Anfal: 33) Asalnya:
  3. , dengan arti , seperti dalam contoh: = carilah ilmu sampai maut menjemputmu, atau dengan arti Iam ta'lil, seperti dalam contoh: = carilah ilmu, karena Allah akan memberi pahala kepadamu.
  4. Menjawab dengan fa, seperti dalam contoh: = menghadaplah, maka aku akan berbuat baik padamu.
  5. Menjawab dengan wawu ma'iyyah, seperti dalam contoh: = menghadaplah, kusertakan kebaikan untukmu.
  6. dengan makna , seperti dalam contoh: = niscaya aku akan menghinakanmu, kecuali kamu melakukan pekerjaan yang sudah menjadi kebiasaanmu. Atau dengan makna , seperti dalam contoh: = aku benar-benar akan menuntut ilmu sampai aku menguasai ilmu-ilmu agama.
Kata nazhim:

Nashab-kanlah (fi'il mudhari') dengan (memakai salah satu huruf diantara) sepuluh, yaitu an, lan, kay; demikian pula idzan bila digunakan pada permulaan jawab, lam kay, dan lam juhud, begitu juga hattâ, au, wawu, dan fa dalam menjawab, mereka (ahli Nahwu) telah berpendapat demikian.

Huruf fa itu sebagai jawaban sesudah nafyi atau thalab (yakni, amar atau nahi) seperti dalam contoh: (Janganlah kamu menuntut ilmu sedangkan kamu tidak mau lelah).
Amil yang men-jazm-kan

Amil yang men-jazm-kan ada delapan belas, yaitu: lam, lammâ, alam, alammâ, lam amar, lam du'a, lâ nahi dan lâ du'a, in, mâ, man, mahmâ, idzmâ, ayyun, matâ, ayyâna, aina, annâ, haitsumâ, kaifamâ, dan idzan khusus dalam syair.
Maksudnya: Amil-amil yang men-jazm-kan itu ada delapan belas macam dan terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
Bagian pertama: Yang men-jazm-kan kepada satu fi'il mudhari' saja, yaitu:
1. Lam nafi, seperti:
= Zaid tidak menolong;
= Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Allah. (al-Ikhlash: 4)
2. Lammâ dengan arti lam, seperti:
= seorang pun belum ada yang memasuki rumah ini.
3. Alam, yaitu lam yang memakai hamzah istifham, seperti:
= apakah belum ada seorang pun yang mengetahui?;
= bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu. (an-Nasr: 1)
4. Alammâ, memakai hamzah istifham, seperti:
= apakah aku tak berbuat baik untukmu;
= apakah aku tidak mengetahui ke adaanmu.
5. a. Lam amar, seperti:
( = hendaklah Zaid menolong Amr;
( = hendaklah yang hadir menyampaikan kepada yang ghaib. (Hadits)
5.b. Lam du'a, seperti:
= semoga Rabb kami memberikan (sesuatu) kepada kita.
6. Lam nahi, seperti:
= janganlah kamu berbuat dosa.
Bagian kedua: Yaitu yang men-jazm-kan dua fi'il mudhari' yang pertama fi'il syarat dan yang kedua fi'il jawab syarat, sebagai berikut:
1. In huruf syarat, seperti:
= apabila Zaid berdiri, niscaya Amr pun berdiri.
pertama fi'il syarat, kedua jawabannya, sebab berdirinya 'Amr itu dengan syarat Zaid berdiri.
2. isim syarat, seperti:
= apa saja yang engkau lakukan, tentu aku pun melakukan.
3. Man isim syarat, seperti:
= siapa saja yang engkau tolong,tentu aku pun menolongnya besertamu.
4. Mahmâ isim syarat, seperti:
= setiap engkau melakukan, tentu aku pun melakukan.
5. Idzmâ huruf syarat, seperti:
= apabila Zaid berdiri, niscaya Amr pun akan berdiri.
6. Ayyun isim syarat, seperti:
= siapa saja yang engkau kenal, tentu aku pun mengenalnya.
7. Matâ isim isyarat, dengan makna ayyun seperti:
= kapan saja engkau makan, maka aku pun makan.
8. Ayyânâ isim syarat, seperti:
= mana saja yang engkau tolong, tentu aku pun menolongnya.
9. Aina isim syarat, seperti:
= di mana saja engkau turun, tentu aku pun turun.
Huruf -nya adalah mâ zaidah atau tambahan.
10. Annâ isim syarat, seperti:
= setiap engkau menuntut ilmu, tentu engkau beruntung.
11. Haitsumâ isim syarat, seperti:
= andaikata engkau taat kepada Allah, maka engkau diberi pahala.
12. Kaifamâ isim syarat, seperti:
= bagaimana saja caranya engkau duduk, tentu aku pun duduk.
13. Idzan khusus dalam syair, seperti:
= bila kesusahan menimpamu, maka kamu harus menahan (dengan sabar).
Kata nazhim:

Fi'il mudhari di-jazm-kan dengan lam dan lammâ terkadang wajib, juga lâ dan lam yang kedua-duanya menunjukkan thalab (tuntutan).

Demikian pula in, mâ, man, idzmâ, ayyun, matâ, ayyâna, aina, mahmâ.

Juga haitsumâ, kaifamâ dan annâ, seperti (apabila Zaid dan 'Amr berdiri, maka kita pun berdiri).

Jazm-kan dengan in (syarthiyyah) dan mâ yang kadang-kadang kedua-duanya mutlak diiringi dua fi'il, baik secara lafazh ataupun secara mahall.

No Response to "Fi' il - Fi' il"

Posting Komentar